Sebagai orang tua, Momin dan Dadin pasti pernah bingung memilih cara mendisiplinkan anak. Haruskah tetap menggunakan metode tradisional seperti memarahi atau memberikan hukuman fisik? Atau beralih ke pendekatan disiplin positif yang sedang populer? Apakah tanpa hukuman anak dapat belajar untuk tidak mengulangi kesalahan?
Mari kita bahas kedua metode ini berdasarkan fakta dan penelitian ilmiah.
Apa Itu Disiplin Positif dan Hukuman Tradisional?
Disiplin positif adalah pendekatan yang fokus pada mengajarkan perilaku baik melalui penguatan positif, komunikasi efektif, dan penetapan batasan yang jelas tanpa kekerasan.
Hukuman tradisional umumnya melibatkan bentakan, hukuman fisik, atau ancaman untuk menghentikan perilaku buruk anak.

Bukti Ilmiah: Mana yang Lebih Efektif?
Smith (2012) dalam laman American Psychological Association menuliskan bahwa hukuman fisik dapat meningkatkan risiko masalah perilaku, agresi, dan gangguan mental pada anak.
Selain bermanfaat bagi anak, dalam studi yang dilakukan oleh Candan dan Dogan (2023) ditemukan bahwa disiplin positif lebih efektif dalam:
- Menurunkan tingkat otoriter orang tua
- Membangun komunikasi orang tua-anak yang lebih baik
- Mengembangkan kemampuan problem-solving dan sensitivitas yang lebih baik
Dampak Jangka Panjang pada Perkembangan Anak
Hukuman tradisional sering kali hanya efektif sementara. Anak mungkin berhenti berperilaku buruk karena takut, bukan karena memahami mengapa perilaku tersebut salah. Ini dapat menyebabkan:
- Penurunan kepercayaan diri
- Kesulitan mengatur emosi
- Hubungan yang tegang dengan orang tua

Disiplin positif membantu anak memahami konsekuensi alami dari tindakan mereka dan mengembangkan kontrol diri internal yang akan bertahan hingga dewasa.
Tips Praktis Menerapkan Disiplin Positif
Bagi Momin dan Dadin yang ingin mencoba pendekatan ini, berikut beberapa strategi sederhana:
- Tetapkan aturan yang jelas – Pastikan anak memahami apa yang boleh dan tidak boleh ia lakukan
- Berikan pujian spesifik – “Mama bangga kamu sudah membereskan mainan setelah selesai bermain”
- Gunakan konsekuensi alami – Jika tidak mau makan, maka anak akan merasa lapar. Jika tidak membereskan mainan, anak kemungkinan akan kehilangan mainannya
- Ajak anak berdiskusi – Tanyakan perasaan mereka dan jelaskan dampak perilakunya.
- Jadilah konsisten – Terapkan aturan yang berkelanjutan atau evaluasi dan tetapkan ulang jika ada yang perlu disesuaikan.

Kesimpulan
Berdasarkan bukti ilmiah, disiplin positif terbukti lebih efektif dalam jangka panjang dibanding hukuman tradisional, baik bagi anak maupun orang tua. Meskipun membutuhkan kesabaran lebih, pendekatan ini membantu membangun karakter anak yang kuat dan hubungan keluarga yang harmonis.
Ingat, Momim& Dadin, setiap anak unik. Konsistensi dan kasih sayang adalah yang terpenting dalam mendidik mereka.



